Yang Perlu Dilakukan dalam Keterlibatan

 



    Tahukan anda tentang Dale Carnegie? Beliau adalah ahli pengembangan diri yang sangat terkenal dengan bukunya yang berjudul "How to Wins a Friends and Influence People" atau terjemahanya dalam bahasa Indonesia menjadi "Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain". Waktu pertama kali saya membacanya saya terkesan dengan prinsip-prinsip dan cara penyampaian yang dilakukan oleh seorang Dale Carnegie, dia menyampaikan prinsip-prinsipnya melalui pengalaman yang langsung dia alami. Tidak heran jika buku ini menjadi sebuah "Master piece" dalam deret buku-buku pengembangan diri, terbukti dari fakta bahwa buku ini pertama kali terbit pada tahun 1937 dan masih langgeng dicetak sampai sekarang. Mungkin ini contoh bahwa pemikiran itu abadi meskipun telah di tinggal mati.

    Pada tahun 2012 buku ini mengalami perubahan besar dari versi aslinya, buku ini dirombak menjadi "How to Wins a Friends and Influence People in Digital Age", dengan tujuan untuk kembali menerapkan prinsip-prinsip ciptaan Dale Carnegie di "Era  Digital". Buku ini telah diterjemahkan oleh penerbit GPU, saya tertarik untuk membahas prinsip-prinsip yang telah di rombak ini. Berikut bagian pertama tentang dalam buku "Yang Perlu Dilakukan dalam Keterlibatan"


1. Kubur Bumerang Anda

    Bumerang yang dimaksud adalah segala hal yang bisa menghancurkan kita di masa depan, larangan Dale Carnegie adalah untuk tidak menyalahkan, mengomeli, atau mengkritik  orang lain. Mungkin ke tiga larangan itu belum tentu berakibat di masa depan, bisa jadi orang yang kita omeli lupa dan tidak memendam dendam, tapi jika berkaitan dengan era digital tentu hal ini  berbeda. Apa yang disebut dengan jejak digital adalah apa yang akan menjadi prasasti bagi anak cucu kita nanti. Sekali hal buruk kita lakukan, maka itu akan menjadi catatan yang akan terus ada. Prinsip Dale Carnegie ini kian kuat untuk diterapkan dalam era digital ini. Teknologi dapat membuaat ketenaran seseorang cepat melambung tinggi, tapi juga tidak segan menjatuhkan siapapun. Berapa banyak orang yang mendapatkan denda atau terdiam di balik jeruji hanya karena beberapa kata yang diucapkanya di dunia digital? Dalam dunia nyata personal hanya satu orang, ketika berdebat dengan satu orang maka apa yang terjadi hanya terkait diri sendiri dan lawan debat. Tetapi ketika berdebat dalam dunia digital misalnya dalam kolom komentar, apa -apa yang Anda dan lawan debat anda ucapkan, akan menjadi bahan makanan netizen sampai akhirnya yang di kejar bukan lagi apa yang benar, tetapi siapa yang terlihat benar. Semua politikus  pasti akan menjaga ucapannya agar tidak menciptakan bumerang di masa depan, semua tokoh hebat dalam sejarah pasti selalu menjaga apa yang mereka ucapkan.

    Semua orang pasti punya sisi rahasia dan sisi yang di sembunyikan dari orang lain, dengan menjadi seorang anonim di dunia digital. Setiap orang bisa menunjukkan sisi buruknya masing-masing, tidak heran jika belakangan ini jejak digital manjadi hal yang harus dilihat ketika melamar pekerjaan, karena bisa jadi Ybs. adalah individu yang berbeda ketika berselancar di dunia digital, siapa yang tahu? Yang jelas hal pertama yang harus dilakukan untuk menjadi manusia digital yang sesuai arahan Dale Carnegie adalah dengan mengubur bumerang, dengan sama sekali tidak memberikan kesan negatif pada orang dalam dunia digital.

2. Tegaskan Hal-Hal yang Baik

    Memuji dan menegaskan hal-hal yang baik tentang orang lain merupakan strategi yang bagus dalam mempengaruhi orang lain. Akibat digitalisasi teknologi yang juga di desak oleh kondisi pandemi, ada hal penting yang menjadi hilang. Penegasan hal-hal yang baik tentang orang lain di depan orang tersebut secara langsung guna membarikan kesan, menjadi hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Memang sedih melihat fakta bahwa digitalisasi membatasi kuatnya kemampuan kata-kata, tetapi tidak buruk juga sebenarnya. Di era digital, komonikasi dapat di lakukan di manapun dan kapanpun, tinggal bagaimana kita bisa mengambil keuntungan dari hal ini. Prinsip kedua ini hampir berkebalikan dengan prinsip yang pertama untuk mengubur bumerang. Ketimbang menebar  ranjau di kolom komentar, kenapa tidak menegaskan kebaikan di kolom komentar? Kalau kita bisa melihat nilai-nilai baik dalam diri setiap orang, bukankah seharusnya kita selalu bisa melihat kebaikan dalam diri sendiri dan terus menjadi positif?

    Ada sebuah kisah Yahudi Kuno tentang pengembala  yang mempunyai 100 ekor domba. Pada suatu malam seekor dombanya hilang. Apa yang dilakukan pengembala  ini? Apakah dia akan berdoa agar domba yang hilang itu di makan serigala saja? Tentu tidak! Pengembala itu akan mengurung ke 99 dombanya dann pergi untuk mencari domba yang hilang  itu. Apa amanat yang dapat kita ambil dari kisah ini? Bisa diibaratkan domba-domba ini adalah setiap kebaikan yang kita temukan dalam setiap orang. Mungkin menemukan 100 kebaikan dalam 100 orang tidak akan memberikan kita timbal balik apapun. Tapi  coba tebak? Bagaimanapun domba yang hilang itu butuh si pengembala, begitu juga dengan ke 99 domba yang lain. Tidak peduli ada atau tidaknya timbal balik yang kita dapatkan, kita tetap menjadi si pengembala dan tetap berarti bagi ke 100 orang itu. Siapa yang tahu jika komentar positif kita bisa mencegah seseorang untuk bunuh diri? Atau komentar baik kita menjadi energi bagi seseorang untuk menciptakan hal yang dapat mengubah dunia? Saya suka menganggap bahwa keburukan seseorang itu adalah dia apa adanya, yah.... hakikat manisia kan berbuat dosa dan kesalahan. Tetapi kebaikan seseorang itu hal yang benar-benar dia usahakan, karena mencoba lepas dari hakikatnya, jadi serasa menjadi kewajiban untuk  menemukan kebaikan dalam diri setiap orang.

3. Sentuh Keinginan Inti

    Tahukan anda bahwa PC/ponsel genggam yang anda pegang sekarang ini bukanlah hasil dari perkembangan teknologi, melainkan perwujudan dari sebuah mimpi? Indah bukan? Dialah Steve Jobs sang CEO Apple, yang pada tahun 2002 di majalam TIME mengungkapkan visinya untuk  masa depan. Steve Jobs mengatakan bahwa di masa depan PC akan menjadi penghubung digital yang mampu mejadi kamera digital, pemutar mp3, palm PDA, pemutar DVD, telpon seluler. Awalnya perkataan Steve Jobs di olok-olok oleh para kompetitor, mereka menyebutnya "seperti badut" atau "konyol". Tapi sebaliknya malah menjadi hal yang luar biasa sekarang, hal ini menjadi fakta dan bukan sekedar mimpi ataupun bahan olok-olok. Saham Apple pun akhirnya meningkat sebanyak 4.856 persen sedangkan saham perusahaan lain hanya naik sebanyak 14 persen.

    Jadi apa yang sebenarnya dilakukan oleh Steve Jobs? Apakah dia hanya tidur pada suatu malam dan tiba-tiba mendapatkan wangsit? Hehh tentu tidak, hal luar biasa yang dilakukanya adalah memahami apa yang konsumen mau, apa yang mereka impikam. Steve Jobs mampu menyentuh keinginan inti para konsumenya, dan hal ini hanya mungkin jika seorang Steve Jobs hebat dalam memahami orang lain. Kesuksesan sebuah hubungan pun kadang ditentukan oleh hal ini,  jika sang pria mampu memahami setiap keinginan inti si wanita maka hubungan tersebut akan jauh dari masalah. Ada kisah lain tentang filusuf terkenal Ralph Waldo Emerson. Suatu hari dia dan putranya mencoba memasukan seekor anak sapi ke dalam kandang, mereka benar-benar kesusahan untuk menarik atau mendorong anak sapi tersebut. Ketika anak sapi itu di tarik malah mendorong dan ketika didorong malah menarik. Pembantu rumah tangga yang melihat masalah itu segera menghampiri mereka, walaupun dia bukan orang terpelajar ataupun seorang filusuf seperti Emerson, dia merasa dapat menyelesaikan masalah ini.  Dia mendekati anak sapi ini kemudian memasukkan jarinya ke mulut anak sapi, anak sapi itu mengulum jarinya dan si pembantu pun menggiring anak sapi untuk masuk ke kandang. Tidak peduli itu manusia ataupun hewan, hal yang perlu dilakukan agar orang lain ataupun sapi mau melakukan apa yang kita inginkan, adalah dengan memahami keinginan intinya.

    Ketiga prinsip tersebut saling terkait satu sama lain. Untuk dapat  melihat kebaikan dalam diri orang lain tentu Anda harus menjadi baik terlebih dahulu, dengan memendam bumerang Anda dalam-dalam. Setelah Anda terbiasa untuk melihat kebaikan dalam diri setiap orang, anda akan lebih mudah mengetahui keinginan inti orang lain. Ambil contoh Anda mengetahui kebaikan pada setiap orang dalam 100 orang, tentunya bukan hal yang sulit untuk mengetahui keinginan inti mereka, untuk tahu hal apa yang baik bagi ke 100 orang tersebut.


Sumber: "How to Wins a Friends and Influence People in Digital Age" diterjemahkan oleh GPU

Komentar